MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
Ada beberapa
tingkatan dalam tanggung jawab :
- Tanggung jawab kepada TUHAN
- Tanggung jawab kepada BANGSA / NEGARA
- Tanggung jawab kepada KELUARGA
- Tanggung jawab kepada MASYARAKAT/ORANG LAIN
- dan Tanggung jawab kepada DIRI SENDIRI
Dalam sebuah perbuatan/tingkah laku seseorang, tanggung jawab yang menjadi kewajiban itu tidak hanya untuk diri sendiri melainkan tanggung jawab kepada TUHAN, tanggung jawab kepada BANGSA / NEGARA, tanggung jawab kepada KELUARGA dan tanggung jawab kepada MASYARAKAT/ORANG LAIN disekitar kita. Tanggung jawab diatas berhubungan satu sama lain. Jika seorang bisa bertanggung jawab kepada diri sendiri maka sudah dapat dinilai bahwa orang tersebut dapat bertanggung jawab kepada TUHAN, BANGSA / NEGARA, KELUARGA dan MASYARAKAT/ORANG LAIN. Jika orang tersebut tidak dapat bertanggung jawab kepada diri sendiri, maka orang tersebut tidak dapat pula bertanggung jawab kepada TUHAN, ORANG TUA, KELUARGA dan MASYARAKAT/ORANG LAIN. Karena saya telah mengetahui bahwa jika kita tidak bisa bertanggung jawab kepada tingkatan yang paling bawah (DIRI SENDIRI), maka dalam hakikatnya kita tidak akan bisa bertanggung jawab kepada yang diatasnya (TUHAN, BANGSA / NEGARA, KELUARGA DAN MASYARAKAT/ORANG LAIN). Karena seharusnya dalam hidup ini kita diwajibkan untuk bertanggung jawab kepada semuanya tanpa terkecuali. Karena sebuah TANGGUNG JAWAB menentukan sifat dari orang tersebut. TANGGUNG JAWAB pula harus dilakukan dengan KESADARAN akan perbuatan yang telah dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja, lisan maupun tulisan.
- Tanggung jawab kepada TUHAN
- Tanggung jawab kepada BANGSA / NEGARA
- Tanggung jawab kepada KELUARGA
- Tanggung jawab kepada MASYARAKAT/ORANG LAIN
- dan Tanggung jawab kepada DIRI SENDIRI
Dalam sebuah perbuatan/tingkah laku seseorang, tanggung jawab yang menjadi kewajiban itu tidak hanya untuk diri sendiri melainkan tanggung jawab kepada TUHAN, tanggung jawab kepada BANGSA / NEGARA, tanggung jawab kepada KELUARGA dan tanggung jawab kepada MASYARAKAT/ORANG LAIN disekitar kita. Tanggung jawab diatas berhubungan satu sama lain. Jika seorang bisa bertanggung jawab kepada diri sendiri maka sudah dapat dinilai bahwa orang tersebut dapat bertanggung jawab kepada TUHAN, BANGSA / NEGARA, KELUARGA dan MASYARAKAT/ORANG LAIN. Jika orang tersebut tidak dapat bertanggung jawab kepada diri sendiri, maka orang tersebut tidak dapat pula bertanggung jawab kepada TUHAN, ORANG TUA, KELUARGA dan MASYARAKAT/ORANG LAIN. Karena saya telah mengetahui bahwa jika kita tidak bisa bertanggung jawab kepada tingkatan yang paling bawah (DIRI SENDIRI), maka dalam hakikatnya kita tidak akan bisa bertanggung jawab kepada yang diatasnya (TUHAN, BANGSA / NEGARA, KELUARGA DAN MASYARAKAT/ORANG LAIN). Karena seharusnya dalam hidup ini kita diwajibkan untuk bertanggung jawab kepada semuanya tanpa terkecuali. Karena sebuah TANGGUNG JAWAB menentukan sifat dari orang tersebut. TANGGUNG JAWAB pula harus dilakukan dengan KESADARAN akan perbuatan yang telah dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja, lisan maupun tulisan.
Contoh Kisah
Suatu
ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja
dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan
badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita
itu bertanya pada ayahnya: “Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan
badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya, ketika
Ayahnya sedang santai di beranda.
Ayahnya
menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu
berguman : ” Aku tidak mengerti.”
Dengan kerut
kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya
hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk
bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti
tentang Laki-Laki.” Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah
kebingungan.
Karena
penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :”Ibu
mengapa wajah Ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian
terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa
sakit?”
Ibunya
menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-Laki yang benar benar bertanggung jawab
terhadap keluarga itu memang akan demikian.” Hanya itu jawaban Sang Bunda.
Anak wanita
itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.
Hingga pada
suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia
mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang
terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban
rasa penasarannya selama ini.
“Saat
Ku-ciptakan Laki-Laki, aku membuatnya sebagai Pemimpin Keluarga serta sebagai
tiang penyangga dari bangunan Keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap
ujungnya, agar Keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. “
“Ku-ciptakan
Bahunya yang Kekar & Berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh
Keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh
Keluarganya. “
“Ku-berikan
Kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari
tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar Keluarganya tidak
terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. “
“Ku-berikan
Keperkasaan & Mental Baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi
Keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi
Keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan
dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi Keluarganya
& yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya
dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”
“Ku-berikan
Kesabaran, Ketekunan serta Keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha
merawat & membimbing Keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun
disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. “
“Ku-berikan
Perasaan Keras dan Gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi
Keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah
jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya
itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya
tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan
bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling
menyayangi & mengasihi sesama saudara.”
“Ku-berikan
Kebijaksanaan & Kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya
& menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap
Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani &
bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun
seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan
kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi
serta saling menyayangi.”
“Ku-berikan
Kerutan diWajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-Laki itu senantiasa berusaha
sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa
hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat
membuktikan, bahwa sebagai Laki-Laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh
keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap
perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. “
“Ku-berikan
Kepada Laki-Laki Tanggung Jawab penuh sebagai Pemimpin Keluarga, sebagai tiang
penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan hanya inilah kelebihan
yang dimiliki oleh Laki-Laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah
Amanah di Dunia & Akhirat.”
Terbangun
anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang
subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya
berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. ” AKU
MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”
Dunia ini
memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak
satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah…
Komentar
Posting Komentar